Psikologi Anak

ANAK PRA-SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH

4.1. Perkembangan Jasmani dan psiko-motorik

Sampai dengan Gestaltwandel pertama (Zelller, 1952: Hetzeer: 1961) sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu.

Sesudah Gestaltwandel pertama, jadi sesudah usia 6 tahun, pertumbuhan badan menjadi agak lambat, daripada waktu-waktu sebelumnya. Sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5 sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun dapat dilihat bahwa anak laki-laki agak lebih besar sedikit daripada anak wanita, sesudah itu maka wanita lebih unggul dalam panjang badan, tetapi sesudah + 15 tahun anak laki-laki mengejarnya dan tetap unggul daripada anak wanita.

Hal yang perlu selalu dibicarakan adalah gejala bentuk badan yang dianggap mempunyai hubungan yang langsung dengan beberapa sifat kepribadian terrtentu. Sheldon membuat pembagian ke dalam 3 macam tipe, yaitu tipe endomorf (pendek dan gemuk), ektomorf (panjang dan kurus), dan mesomorf (urat-urat daging kuat dengan proporsi yang baik). Verdonck (1972) berusaha untuk membenarkan typologi konstitusi tubuh Sheldon tersebut dengan penelitian yang mendalam terhadap anak-anak yang ada dalam yayasan-yayasan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu type tertentu tadi tidak langsung berhubungan dengan suatu tingkah, melainkan mempunyai lebih banyak kemungkinan untuk mengembangkan beberapa bentuk  tingkah laku tertentu.

4.2. Emansipasi karena pendidika formal

Bagi Indonesia kriteria umur memegang peranan penting. Anak baru bisa diterima bila ia sudah mencapai umur 7 tahun. Kriteria umur ini sebetulnya mencakup kriteria lain yang juga berhubungan dengan kemasakan, yaitu:

  1. Anak harus dapat berkerja sama dalam kelompok dengan anak-anak lain.
  2. Anak harus dapat menngamati secara analitik.
  3. Anak secara jasmaniah harus sudah mencapai bentuk anak sekolah.

4.3. Perkembangan sosial dan kepribadian

Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak mulai melepaskan dirinya dari keluarga, ia makin mendekatkan dirinya pada orang-orang lain disamping anggota keluarganya. Disamping itu maka perkembangan motif prstasi dan identitas kelamin sangat penting, tetapi juga pengembangan pengertian norma atau seperti apa yang disebut Piaget moralitas justru dalam periode ini mendapatkan kemajuan yang essensial.

4.3.1. Interaksi dengan anak-anak sebaya

Hartup menemukan bahwa kebanyakan penelitian mengenai pengaruh timbal balik dilakukan pada anak-anak sekolah. Pada penelitian-penelitian dalam Taman Kanak-kanak, misalnya mengenai tingkah laku agresif dan altruistik ternyata bahwa belajar model menempati tempat yang penting.

Dapat diduga bahwa sebetulnya bukan faktor umum yang penting, melainkan lebih penting adalah keadaan kelilling, jenis kelamin dan sifat tingkah laku yang digunakan untuk meneliti konformisme itu. Dikemukakan bahwa anak yang tertua lebih mudah berpengaruh oleh norma-norma kelompok dan oleh orang-orang lain dibanding dengan adik-adiknya. hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:

  1. Anak-anak sulung diduga menerima pendidikan yang lebih berobah-obah dibanding dengan adik-adiknya.
  2. Anak-anak sulung lebih menerima perlindungan, disamping itu maka tingkah laku yang konformitis dan tergantung mendapat pujian.

Jelaslah disini bahwa sejumlah besar tingkah laku timbul dengan cara menirukan, belajar-model, dan oleh reinformesen dari pihak teman-teman sebaya.

4.3.1.1. Spontanitas versus sikap terkontrol

Harditono (1974) menemukn bahwa sikap spontan atau tidak spontan anak-anak pra sekolah mungkin dipengaruhi oleh sifat suatu kebudayaan tertentu.

4.3.2. Perkembangan motivasi prestasi

Freud berpendapat bahwa tingkah laku akhirnya harus di jabarkan dari nafsu seksual beserta motif-motifnya yang timbul dari nafsu seksual tersebut. Adler berpendapat bahwa semua tingkah laku manusia timbul dari nafsu ingin menguasai. Sedangkan Allpport (1966) menunjukkan bahwa banyaknya motif itu sama dengan banyaknya usaha yang ada.

Suatu motif mempunyai 3 macam unsur:

  1. Motif mendorong terus
  2. Motif menseleksi tingkah laku
  3. Motif mengatur tingkah laku

Penelitian Heckhausen dan Roelofsen (1962) menemukan bahwa anak-anak yang sehat pada usia 31/2 tahun menunjukkan semua ciri-ciri tingkah laku kompetisi. Standar keunggulan dapat berhubungan dengan (a) prestasi orang lain, (b) prestasi diri sendiri yang lampau dan dengan (c) tugas yang harus dilakukannya.

Haditono (1979) mengemukakan bahwa cara orang tua mendidik anak menyumbang pembentukan motif prestasi anak. Ia menemukan bahwa stimulasi dari ibulah (kurang dari fihak ayah) yang lebih berperan dalam pembentukan motif prestasi ini.Dipandang dari segi psikologi perkembangan dapat ditentukan bahwa kecenderungan berprestasi ini harus diberi stimulasi bila kita akan menyambut dorongan dan eksplorasi anak.

4.3.3. Perkembangan identitas jenis kelamin atau tingkah laku sesuai dengan jenis kelamin

Jans (1973) membicarakan mengenai arti seksualitas dan tingkah laku sesuainjanis kelamin dalam masa kanak-kanak. Dia menganggap adanya tiga faktor yang penting dalam timbulnya tingkah laku tersebut, yaitu (1) faktor biologi, (2) faktor sosial dan (3) faktor kognitif. Kohberg dalam tahun 1966 sudah membicarakan mengenai tiga kemungkinan cara menerangkan mengenai tingkah laku spesifik jenis kelamin menurut tinjauan tiga jenis teori: (1) teori psikoanalisa, (2) teori belajar sosial, dan (3) teori perkembangan yang kognitif.

Teori perkembangan yang kognitif dengan Kohlberg (1966), mengemukakan bahwa timbulnya tingkah laku spesifik jenis kelamin maka proses-proses kognitif sebagai faktor-faktor perantara mempunyai tempat yang penting.

Penelitian-penelitian pada tahun trakhir mengemukakan bahwa:

–          agresi

–          aktivitas

–          dominasi

–          impulsivitas

–          kecemasan

–          kecakapan-kec akapan verbal

–          kecakapan pengamatan ruang

–          pengertian kuantitatif

4.3.4. Perkembangan pengertian norma

Menurut pendapat psikoanalisa ada 3 bagian dalam diri seseorang yang akan berkembang menurut urutan sebagi berikut: das Es, das Ich dan das Ueber Ich. Norma-norma yang ada pada Ueber-Ich bukan hanya norma-norma yang berasal dari ayahnya saja, melainkan juga norma-norma yang datang dari orang lain.

Penemuan-penemuan Piaget yang penting disini adalah bahwa anak mempunyai pendapat-pendapat yang absolut dan penilaian-penilaian yang absolut. Menurut Kohlbreg perkembangan insan kamil melalui 6 stadium. Stadium-stadiumnya adalah sebagai berikut:

Stadium 1. Menurut untuk menghindari hukuman

Stadium 2. Anak bersikap konformitis untuk memperoleh hadiah untuk dipandang baik

Stadium 3. Anak bersikap konformitis untuk menghindari celaan dan untuk disenangi orang

Stadium 4. Anak bersikap konformitis untuk menghindari hukuman yang diberikan bagi beberapa tingkah laku tertentu dalm kehidupan sehari-hari

Stadium 5. Konformitas sekarang dilakukan karena menginginkan kehidupan bersama yang diatur.

Stadium 6. Melakukan konformitas tidak karena perintah atau norma dari luar, melainkan karena keyakinan sendiri, ingin melakukannya.

Kohlberg memasalahkan apakah suatu stadium yang telah dicapai akan dapat dipertahankan. Ia menemukan suatu penemuan yang tak terduga, yaitu para mahasiswa yang sebelum memasuki perguruan tinggi telah mencapai stadium ke 4 atau ke 5, segera kembali lagi pada stadium 2. Karena para mahasiswa ini ada pada tingkat yang lebih rendah, meskipun secara struktual tingkat yang lebih tinggi tetap ada.

Ternyata bahwa cara orang tua mengasuh anak merupakan hal yang  pokok. Mempunyai ayah dan ibu yang kasih sayang, yang menerima anak dalam keadaan apapun merupakan syarat yang paling utama untuk perkembangan hati-hati yang baik.

4.4.1. Perkembangan Kognitif

Beberapa pertanyaan yang pokok dalam teori perkembangan yang kognitif adalah: dengan alat-alat apa orang memperoleh pengetahuan, menyimpannya dan menggunakannya? Dalam  prinsipnnya hal ini berhubungan dengan alat-alat pengenalan dan bentuk-bentuk pengenalan. Kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.

Pengertian-pengertian pokok dalam teori perkembangan Piaget.

Teori Piaget banyak dipengaruhi oleh biologi dan epistemologi (ajaran mengenai pengenalan).

Biologi: dalam  teorinya Piaget banyak menggunakan pengetian-pengertian yang langsung diambil dari biologi.

Etimologi: perhatian terhadap cabang ilmu pengetahuan ini antara lain nampak dalam penelitian empirik terhadap timbulnya pengertian-pengertian atau konsep-konsep waktu, ruang, kausalitas, dan kesadaran akan aturan.

Piaget beranggapan bahwa setiap organisme hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan fundamental, yaitu kecenderungan untuk adaptasi dan berorganisasi.

  1. Adaptasi yaitu adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan dengan diri dengan lingkungannya. Kecenderungan adaptasi ini mempunyai dua komponen yaitu asimilasi dan akomodasi.
    1. Asimilasi yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungannya guna menyesuaikannya dengan dirinya sendiri.

Suatu contoh yang sederhana dalam lapangan biologik adalah makan. Bila orang makan sesuatu maka pencernaannya tidak perlu berubah. Apa yang berubah adalah makanannya yaitu faktor lingkungan.

  1. Akomodasi yaitu kecenderungan organisme untuk merubah dirinya sendiri guna menyesuaikan diri dengan kelilingnya.

Suatu contoh dalam lapangan biologi dapat dikemukakan lagi mengenai makanan. Bila organisme terpaksa untuk makan makanan yang asing, maka sistem fisiologiknya sering kali harus menyesuaikan diri dengan faktor lingkungan yang berubah itu. Hubungan antara asimilasi dan akomodasi merupakan proses yang komplementer.

  1. Kecenderungan organisasi. Hal ini dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menghintegrasi proses-prosesnya  sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren.

Kecenderungan organisasi dapat ditemukan dalam bidang biologis dan psikologis. Contoh dalam bidang biologis adaalh berfungsinya sistem fisiologis sendiri sebagai kesatuan yang terintegrasi. Bila ada gangguan dalam integrasinya hal itu berarti “penyakit”.

Hubungan antara adaptasi dan organisasi merupakan proses yang bersifat komplementer. Piaget menamakan adaptasi dan organisasi sebagai faktor-faktor biologis. Alasannya ialah bahwa dua kecenderungan tadi selalu ada pada semua organisme hidup. Kecenderungan ini merupakan sifat keturunan. Bekerjanya dua proses ini  dalam diri suatu organisme tertentu tergantung pula pada keliling serta pengalaman belajar organisme tersebut.

Ekuilibrium. Pengertian “ekuilibrium” atau “keseimbangan”juga memiliki tempat yang penting dalam teori Piaget. Prinsip akuilibrium yang bersifat biologik ini menjaga agar perkembangan tidak merupakan hal yang tidak karuan. Melainkan suatu proses yang teratur. Proses-proses asimilasi dan akomodasi yang komplementer menyebabkan seseorang selalu berusaha mencapai keadaan yang seimbang lagi.

Prinsip ini pada Werner dan Piaget merupakan suatu fakta fundamental dalam perkembangan yang merupakan ciri pokok dalam kehidupan manusia. Disini ada keadaan seimbang bila individu tidak lagi perlu mengubah hal-hal dalam kelilingnya untuk mengadakan asimilasi dan juga tidak lagi harus mengubah dirinya sendiri untuk mengadakan akomodasi dengan hal-hal yang baru. Piaget memang hanya ingin menunjukan bahwa menurut pendapatnya dalam perkembangan berfikir manusia ada suatu arah menuju ke harmoni dan keteraturan. Suatu skema adalah sesuatu yang diciptakan oleh seorang psikolog (disini Piaget), skema adalah suatu abstraksi dari aktifitas manusia, bukan sesuatu yang dapat ditunjukkan secara konkrit dengan salah satu cara pada slah satu tempat tertentu.

Menurut Piaget skema-skema ini pada mulanya bersifat senson motoris dan merupakan struktur psikologik anak umur sampai kuranglebih 2 tahun belum nampak adanya mediasi dalam arti “aktifitas pikir yang intern”.

Jadi pengertian skema atau struktur psikologik adalah sedikit banyak komplek. Hal ini tidak hanya berhubunagn denagn pola-pola tinagkah laku yang teratur, melainkan juga berhubungan dengan poila-pola berfikir yang telah diinternalisasi. Hal ini berhubungan dengan suatu postulat lain yang penting dalam teori Piaget, yaitu adanya stadium-stadium yang berbeda-beda dalam perkembangan kognitisi anak.

4.4.2. Representasi dunia dan stadium-stadium dalam perkembangan kognitif

Dunia orang dewasa adalah teratur. Perasaan, pikiran, impian, keinginan dan hal-hal yang ada di luar diri manusia seperti rumah, pohon, obyek-obyek tertentu, serta dunia sosial manusia dapat diatur. Hal-hal itu dapat diperlukan oleh orang dewasa secara obyektif karena mereka dapat dipandang sebagai semestinya (kategori-kategori, relasi-relasi, hubungan-hubungan kausal) tidak merupakan hal yang wajar bagi anak. Menurut Plaget, kurang lebih usia 12 bulan baru mampu untuk mengerti bahwa suatu benda tetap ada meskipun tidak lagi nampak. Permanensi obyek atau formasi obyek ini merupakan salah satu langkah yang penting dalam penyusunan gambaran dunia. Hal ini juga merupakan persyaratan yang mutlak untuk dapat memperlakukan obyek-obyek dari keliling secara simbolis. Formasi simbol ini yang mulai berkembang pada umur kurang lebih 18 bulan memungkinkan anak untuk melihat benda-benda sebagai penunjuk hal sesuatu yang lain,sebagai sesuatu yang lain daripada yang sesungguhnya.

Schenk-Danziger (1972) mengemukakan bahwa pengertian akan simbol-simbol serta memiliki tanggapan-tanggapan terjadi bersama-sama dengan perkembangan bahasa serta permainan peranan. Ia juga mengemukakan bahwa permainan peran mempunyai ciri-ciri yanh juga merupakan persyaratan bagi pemakaian bahasa dan bekerja dengan simbol-simbol, yaitu:

  • sikap memerlukan hal-hal dengan “pura-pura”;
  • adanya formasi simbol atau pembentukan pengertian yang semuanya (metamorfosa benda-benda);
  • mengenakan sifat-sifat manusia pada benda atau hewan (antropomorfisme);
  • merubah peranan manusia secara fiktif;
  • imitasi tingkah laku atau rangkaian tingkah laku.

Kognisinya, perkembangan fikir dan pengenalan membuat setiap orang membuat (mengatur) dunianya dengan cara sendiri. Kognisi mengandung proses berfikir dan proses mengamati yang mengasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi pengetahuan.

Representasi dunia luar ke dalam diri sendiri  dan dengan begitu cara berfikir mengenai dunia luar berjalan sebagai berikut:

  1. 1.  Bayangan (image). Dijumpai pada umur 4 tahun. Ini merupakan representasi pertama sesuatu kejadian dan tidak merupakan pencerminan fotografis yang eksak. Hanya merupakan kesan-kesan yang kebetulan melekat pada ingatan.

Misalnya ingatan akan pengalaman tertentu waktu masih kecil: pada satu saat kita diingatkan oleh suatu bau harum tertentu tertentu pada waktu kita main-main di rumah nenek.

  1. Simbol. Simbol adalah suatu representasi lain. Simbol justru melebihi kejadian yang khas dan menunjuk pada sesuatu yang lain daripada hal yang sesungguhnya (Knoers, 1976)

Misal seorang anak kecil bermain dengan dos korek api seakan itu sebuah mobil. Kelak anak akan mengerti bahwa simbol-simbol, seperti halnya tanda-tanda lalu lintas merupakan penunjuk bagi hal sesuatu yang lain.

  1. Konsep (pengertian). Bertambah banyaknya cara berfikir dalam pengertian nampak misalnya dalam anak menemukan bahwa ciri suatu kendaraan roda dua adalah selalu adanya dua roda, bahwa bila di sini hari Minggu, di mana-mana pun hari Minggu. Anak akan mengerti bahwa pengertian merupakan suatu kumpulan sifat-sifat yang umum.
  2. Aturan. Suatu aturan adalah suatu hubungan antara dimensi dua pengertian atau lebih. Ada aturan yang formal dan yang tidak formal. Yang formal  misalnya “air adalah basah”, ”api adalah panas”; atran yang tidak formal misalnya “kuih-kuih adalah manis”.Aturan formal berdasarkan hukum alam, sedangkan aturan tidak formal berdasarkan perjanjian atau pengalaman.

Piaget tidak menghubungkan fase-fase tadi pada umur-umur tertentu. Ia hanya mengatakan bahwa representasinya menunjukan urutan tersebut dan bahwa makin lama makin tercapai bentuk representasi yang lebih. Menurutnya perkembangan kognisi apat dibagi menjadi beberapa stadium, artinya fungsi kognitif pada umur yang berlain-lainan dapat jelas dibedakan satu sama lain. Jadi stadium yang berturutan tadi menunjukan kemungkinan kognitif baru yang sebelumnya belum ada.

4.4.2.1.Stadium sensori-motoril (0-18 atau 24 bulan)

Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik.

Dalam stadium ini yang paling penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja.

4.4.2.2.Stadium pra-operasional (± 18 bulan-7 tahun)

Stadium pra-oprasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis,permainan simbolis imitasi (tidak langsung) serta bayngan dalam mental. Semua proses ini menujukan bahwa anak suaedah mampu untuk melakukan tingkahb laku simbolis.

– Sisi positif cara berfiki pra-oprasional:

anak dapat mengadakan antisipasi: artinya anak sudah dapat memprediksi sesuatu hal,contoh ia sudah bisa mengatakan bahwa menarannya belum jadi.berarti ia sudah dapat mengerti bagaimana yang di sebut menara yanga sudah jadi menurut  anak tersebut.

– Sisi negatif cara berfikir pra-oprasional:

Masih sangat egosentrik: anak belum mampu mengambil perspektif orang lain

sangat memusat (centralized): disini artinya anak masih sangat terpaku pada wujud

tidak dapat dibalik: artinya anak belum mampu untuk melakukan tindakan mental sekali lagi dengan arah sebaliknya

terarah statis: bila situasi A beralih ke situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A,  kemudian B ia tidak mnemperhatikan proses perpindahanya.

4.4.2.3. Stadium oprasional konkrit (7-11 tahun)

Stadium oprasional konkrit dapat di gambarkan menjadinya positif dari ciri-ciri stadium pra-orasional yg tadinya negatif.namun ada juga sisi negatif dari stadium ini yaitu anak hanya mampu menyelesaikan masalah jika hal itu konkrit saja,jika di suruh bervikir secara verbal dia masih belum sanggup.

4.4.2.4. Stadium oprasional Formal (mulai 12 tahun)

Memiliki dua sifat penting:

-Sifat deduktif-hipotesis: anak yang berfikir formal akan mmikirkan dulu secara teoritik,ia mennganalisis masalah masalah kemudian penyelesaian penyelesaian hipotsis yang mungkin ada.

-Sifat kombinatoris; hal ini dapat di jelaskan dengan contoh sebagai berikut,seorang anak di berikan cairan cairan dan di suruh mencampur cairan tersebut agar menghasilkan warna anak yang berfikir oprasional formal akan lebih dulu secara teoriti membuat matriknya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin,kemudian secara sistematik mencoba setiap sel matrik secara empirik

Perpindahan dari berfikir pra-oprasional ke oprasional konkrit

Piaget menciptakan beberapa tugas-tugas untuk menerangkan perpindahan tersebut:

a. mengatur secara sereal: Bila anak dalam srtadium pra-oprasional diberi tugas untuk mengatur beberapa tongkat-tongkat kecil yang berlain-berlain panjangnya,maka ia tidak mampu melakukan hal tersebut.tapi anak yg berfikir oprasional kongkrit akan mampumelakukan hal itu.

b. klasifikasi: anak usia 2-5 tahun di beri balok dengan bentuk dan warna yang berbeda beda dan bila ia di tanya balok mana yang sama?,maka ia belum bisa menjawabnya sedangkan anak umur 5-7 tahun mampu untuk mengadakan klasifikasi mengolongkan semua balok menurut warna dan bentuknya tapi dalam umur 5-7 ini anak masih belum bisa mengerti tentang pengertian yang benar mengenai hubangan antara bagian dari pada keseluruhan,antara keseluruhan dan bagian bagian dan antara bagian dan bagian yang sering disebut dengan inklusi-kelas

c.konservasi:hal ini berhubungan dengan pertanyaan bagaimana anak memperoleh pengertian bahwa  sifat-sifat tertentu suatu obyek akan tetap sama meskipun ada trasformasi transformasi pada obyek tadi contoh:bola yang terbuat dari tanah liat akan memiliki berat yang sama waladirubah bentuknya menjadi bentuk lain.

Kekuatan (motor) atau perkembangan

Menurut piaget proses perkembangan dipengarui oleh 4 macam faktor yaitu:

  1. Pemasakan: tumbuhyauktur fisik secara beransur-ansu menyebabkan pengaruh pada perkembangan kognitif anak. contoh: pertubuhan otak pusat.
  2. Pengalaman atau kontak dengan lingkungan: mengakibatkan terdapat dua macam tipe pengalaman mental yaitu,pengalaman fisik yaitu pengalaman yang berhubungan langsung secara fisik seperti perbedaan berat benda,bunga mawar memilki bau harum dll.yg kedua adalah pengalaman logika matematika pengalaman ini bisa didapat dari bermain dengan balok balok dan menhitung.
  3. Penyerahan sosial: anak hidup dalam lingkungan sosial seperti sekolah media masa dll, dengan begitu anak memperoleh pengaruh terhadab perkembangan kognitifnya.
  4. Ekwilibras: faktor ini mengitregasi efek-efek ketiga faktor sebelumnya yang masing masing kurang cukup memberikan keterangan mengenai proses perkembangan.proses ekwilibrasi menunjuk pada proses-proses yang mengatur dirinya sendiri dalam diri anak. Proses ini menyebabkan anak berpindah dari stadium yang satu ke stadium yang lain.dalam perjalanan perkembangan dan dalam pergaulan yang berulang- ulang dan bermacam-macam dengan lingkunganya anak sering berhadapan dengan situasi situasi konflik. Dalam situasi situasi konflik ini maka keseimbangan yang telah di capai anak sebelumnya menjadi terganggu.anak sekarang berusaha mnengatasi situasib konfliknya tadi dengan menemukan keadaan keseimbangan kembali yg biasanya juga memiliki nilai yang lebih tinggi.

Disamping itu Piaget masih memperhatikan bahwa tiap manusia pada umumnya hanya akan mengkhususkan dirinya pada satu bidang pekerjaan tertentu.

4.4.4. Kritik-kritik terhadap teori Piaget

Teori Piaget mendorong banyak sekali penelitian-penelitian terhadap apa yang dilakukan Piaget, khususnya di Amerika. Banyak kritik ditujukan pada pendapatnya yang organismik. Dalam hal ini  perkembangan kognitif berjalan secara spontan dan lingkungan hanya mempunyai pengaruh menghambat atau mempengaruhi sedikit.

Teori Piaget juga dipandang sebagai teori yang berdasarkan pessimisme pedagogis. (Kohnstamm,1970). Hal inilah yang membuat sistem pelajaran yang bersifat anak mendengarkan menjadi anak berbuat aktif. Sementara tanpa ditinjau data dalam keterangan dari Piaget, dapat disimpulkan bahwa anak mampu untuk melakukan tugas operasional konkrit  pada usia yang lebih muda daripada yang dikemukakan Piaget. Dengan begitu dapat disimpulkan adanya kemungkinan untuk pendekatan yang sifatnya emansipatorik dalam proses perkembangan.

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar